Thursday, October 22, 2009

Apa yang hilang, Apa yang muncul

Dirumah, tikus-tikus itu berkeliaran, tak henti-hentinya diusir, tak habis-habisnya mereka.
Diluar rumah, mayat-mayat tikus bergelimpangan.
Di pinggiran jalan, orang-orang mengais-ngais mencari makanan.
Di seberangnya, orang-orang bingung memilih apa yang hendak dijadikan menu makan siang.
Dalam gedung, orang mengejar-ngejar kemodernisasian.
Dalam rumah, mempertahankan tradisi keluarga.
Bencana alam menciptakan banyak tuna wisma.
Bencana alam yang sama memberi banyak rumah baru bagi penjual bahan bangunan.
Suatu waktu muncul orang terjahat.
Tidak lama lagi pasti akan muncul seorang pahlawan.
Bagai nafas yang masuk, pasti akan keluar.
Bagai timbangan, keseimbangan kehidupan ini stabil, tak pernah berubah.
Ada yang mati, ada yang lahir.
Dengan begitu, untuk apa mempermasalahkan kiamat?

Tuesday, September 8, 2009

Anak-anak Nakal

Sebagai seorang ibu, aku tidak ingin anak-anakku tumbuh tanpa mengenal dunia. Aku membebaskan mereka bermain semaunya, berlarian di taman, jatuh ke dalam lumpur, berkenalan dengan anak-anak yang lain, bercanda, menangis, sampai berkelahi antar satu sama lain.

Aku berusaha mengawasi mereka seutuhnya. Kadang kala ketika aku sedang tidak awas, mereka mulai bertindak semaunya, mereka bias melukai diri mereka sendiri, yang akhirnya melukai orang lain, sehingga diriku sendiri pun ikut terluka, dan aku akan menghukum mereka. Aku mengunci mereka di sudut ruangan paling gelap dan membiarkan mereka meronta-ronta, sampai kadang tak sanggup lagi aku mendengar rontanya dan aku membiarkan mereka kembali bebas berkeliaran. Aku merasa gerah. Aku tidak mampu mengendalikan anak-anakku sendiri. Teriakan mereka, senandung dan nyanyian mereka, terus menerus terdengar. Aku lelah terus menguras konsentrasi untuk menjaga mereka.

Lalu pagi itu, aku membeli sebuah buku ‘The Power of Now’. Kekuataan saat ini. Lalu aku mempraktekkannya kepada anak-anakku. Mulanya kubiarkan mereka bermain seperti biasa, melintasi ruang dan waktu. Aku hanya memperhatikan. Lalu dengan pandangan yang tajam aku membuat mereka takut padaku, mereka langsung terdiam. Hening itu kurasakan tidak seperti hening-hening yang lain. Hening itu sulit didapat, hening itu kurasakan seperti aku bersatu dengan anak-anakku, ketika aku memegang kendali, membolehkan mereka bermain hanya pada saat yang tepat. Seperti saat ini. Kadang kala kubiarkan mereka mengeluarkan pendapat, dan aku akan mendengar. Kadang kala kuajak mengobrol salah satu dari mereka, dan mereka akan memberikan saran-saran yang baik. Seperti saat sekarang ini.

Lalu ketika kami lelah, aku akan mengistirahatkan mereka, dan aku kembali ke saat hening. Saat dimana anak-anaku – ‘pikiran’ku beristirahat.

Wednesday, June 10, 2009

menyeberang dan 'menyeberang'

tadi pagi aku diserempet sepeda (lagi).

sejak peristiwa tanggal 13 itu, aku selalu berhati-hati dalam menyeberang..
aku lihat kiri.. lihat kanan.. sampai ketika benar-benar kosong, barulah aku menyeberang..
namun, MENGAPA pagi ini bisa-bisanya aku diserempet sepeda lagi??

akh betapa sulit kehidupan di dunia..
menyeberangpun dengan susah payah..
tapi apakah aku tidak akan pernah 'menyeberang'?
apakah aku akan trauma dengan 'mobil-mobil'? dengan 'roda-roda'?
mobil itu akan terus 'berlalu', roda itu akan terus 'berputar'..
aku harus lebih tekun 'mengawasi', lebih banyak 'belajar', dan lebih sering 'menjalankan'

lalu...

'menyeberang'lah..

gate gate paragate parasamgate bodhi svaha.

siapa yang lebih sabar?

siapakah yang paling sabar dari dirimu?
apakah saudaramu? temanmu? orang tuamu? orang tua temanmu?
apa dirimu sendiri?

apa kau merasa kau adalah yang tersabar?
apakah kau lebih sabar dari bumi??

bumi dengan sabarnya bergerak tanpa disadari..
berputar terus-menerus-terus-menerus..
pernahkah kau sadari betapa sabarnya bumi kita ini?
b e t a p a s a b a r n y a . . .

Thursday, May 28, 2009

Bulan Malam Ini

apa kamu melihat bulan malam ini? bulan tersabit yang pernah kulihat..
dengan kedua ujung runcing bersisian sejajar, berkilau sendirian diantara selimut abu-abu tua malam,mengikuti tiap rotasi roda mobilku.. mengintipku sekali-kali dari balik ranting-ranting pohon, atau dari pucuk gedung menjulang, beradu kilau dengan warna-warni lampu gedung, namun ia tetap lebih bercahaya..

entah mengapa dengan menatapnya serasa beban hari ini hilang dibuatnya,mungkin karena ia tetap disana,tidak peduli apapun yang menghalangi pandangannya.. ia tetap menyunggingkan SENYUM bercahaya padaku sambil memejamkan kedua matanya.



Thursday, May 14, 2009

Menggapai Kehampaan

Setelah sekian lama, akhirnya aku kembali merangkai huruf, menjadi kata; merangkai kata, menjadi kalimat; merangkai kalimat, menjadi cerita. Cerita-cerita yang sangat berarti, menyentuh, dan memberikan inspirasi. Lalu aku coba untuk mengurai.

Mengurai cerita, menjadi kalimat; mengurai kalimat menjadi kata; mengurai kata, menjadi huruf. Lalu huruf-huruf itu tidak ada artinya. Lalu aku tersadar, baik ataupun buruk, benar ataupun salah, ketika diurai sama-sama tidak ada artinya.

Seekor kura-kura berusaha mempercantik cangkangnya untuk menarik lawan jenisnya. Ia mengejek sesama jenisnya dengan cangkang-cangkang mereka yang jelek, kotor dan tidak terawat. Kemanapun ia pergi, ia selalu melihat dan mencari apa saja yang dapat meningkatkan kecantikan cangkangnya, dari batu-batu permata mahal sampai memasang lampu pijar agar cangkangnya bercahaya. Tapi, apapun yang ia lakukan tidak membuat lawan jenis maupun sesama jenisnya tertarik untuk mendekatinya. Entah cahayanya terlalu membutakan mata mereka, atau bau kesombongan yang terpancar mematikan penciuman mereka.

Kura-kura sedih, apapun yang indah bagi penglihatannya rasanya tidak akan berarti apabila ditanamkan pada cangkangnya; dan apapun yang buruk bila ditanam pada cangkangnya rasanya tidak akan menambah nilai keburukan yang sudah diberikan teman-temannya padanya.

Lalu ia menutup mata.

Tidak melihat yang baik dan tidak melihat yang buruk. Kenangan akan keindahan dan keburukan melebur menjadi satu. Akhirnya hampa. Keindahan menjadi hampa, keburukan menjadi hampa. Kekosongan menjadi hampa.
Kura-kura menyadari makna hidup ini. Jalan Tengah, tiada keekstrimisan, tiada yang indah, tiada yang buruk; tiada yang benar, tiada yang salah.
Perlahan segala aksesori ilusif dunia yang tertanam pada cangkangnya rontok satu-persatu. Meninggalkan esensi alamiah dari seekor kura-kura yang biasa-biasa saja. Lalu ia bersinar, dengan sinar yang tidak membutakan. Sinar yang menerangi seluruh alam semesta.