Sebagai seorang ibu, aku tidak ingin anak-anakku tumbuh tanpa mengenal dunia. Aku membebaskan mereka bermain semaunya, berlarian di taman, jatuh ke dalam lumpur, berkenalan dengan anak-anak yang lain, bercanda, menangis, sampai berkelahi antar satu sama lain.
Aku berusaha mengawasi mereka seutuhnya. Kadang kala ketika aku sedang tidak awas, mereka mulai bertindak semaunya, mereka bias melukai diri mereka sendiri, yang akhirnya melukai orang lain, sehingga diriku sendiri pun ikut terluka, dan aku akan menghukum mereka. Aku mengunci mereka di sudut ruangan paling gelap dan membiarkan mereka meronta-ronta, sampai kadang tak sanggup lagi aku mendengar rontanya dan aku membiarkan mereka kembali bebas berkeliaran. Aku merasa gerah. Aku tidak mampu mengendalikan anak-anakku sendiri. Teriakan mereka, senandung dan nyanyian mereka, terus menerus terdengar. Aku lelah terus menguras konsentrasi untuk menjaga mereka.
Lalu pagi itu, aku membeli sebuah buku ‘The Power of Now’. Kekuataan saat ini. Lalu aku mempraktekkannya kepada anak-anakku. Mulanya kubiarkan mereka bermain seperti biasa, melintasi ruang dan waktu. Aku hanya memperhatikan. Lalu dengan pandangan yang tajam aku membuat mereka takut padaku, mereka langsung terdiam. Hening itu kurasakan tidak seperti hening-hening yang lain. Hening itu sulit didapat, hening itu kurasakan seperti aku bersatu dengan anak-anakku, ketika aku memegang kendali, membolehkan mereka bermain hanya pada saat yang tepat. Seperti saat ini. Kadang kala kubiarkan mereka mengeluarkan pendapat, dan aku akan mendengar. Kadang kala kuajak mengobrol salah satu dari mereka, dan mereka akan memberikan saran-saran yang baik. Seperti saat sekarang ini.
Lalu ketika kami lelah, aku akan mengistirahatkan mereka, dan aku kembali ke saat hening. Saat dimana anak-anaku – ‘pikiran’ku beristirahat.
LALITA : 51 Cerita Perempuan Hebat di Indonesia
5 years ago